Senin, 26 Juni 2017

Harap-harap Cemas: Shalat Ied perdana dengan Ken

Lebaran kali ini ada cerita tersendiri.

Untuk pertama kali dalam hidupnya, saya membawa Ken untuk ikut shalat Ied di masjid dekat flat yang kami tinggali di Bristol. Awalnya, saya sempat khawatir apakah anak ini dapat behave dan tidak lari-larian selama shalat dan khotbah berlangsung. Namun karena beberapa minggu terakhir dia semakin manis jika diajak ke masjid, maka saya memutuskan untuk mengajaknya saat hari raya.
Kami sampai sekitar 15 menit sebelum shalat berlangsung. Saya sengaja tidak datang terlalu mepet karena ingin adanya conditioning terlebih dahulu dan juga mencari posisi dengan tetangga kami agar Ken sudah familiar dengan wajah-wajah di sekitarnya sehingga merasa lebih nyaman. Dan berhubung semenjak di Bristol salah satu video favoritnya Ken di Youtube adalah takbir raya, dia dapat sedikit-sedikit mengikuti ketika jamaah masjid ramai-ramai mengumandangkan takbir. Ayah senang anak pun senang. Alhamdulillaah, fase satu terlewati dengan mulus.
Shalat pun segera dimulai.
Awalnya, saya memutuskan untuk shalat sambil menggendong Ken. Namun di detik-detik terakhir, saya berubah pikiran. Pada umurnya yang hampir dua tahun ini, Ken sudah mulai mengembangkan sifat malu dan takutnya. Kalau sebelumnya dia tipe yang mau dengan siapa saja yang baru ditemui, sekarang agak lain. Dia seringkali memeluk saya ketika bertemu dengan wajah baru. Pelukan pun semakin erat kalau yang ditemuinya orang dengan postur besar ataupun wajah-wajah asing seperti orang dari Somalia atau Kuwait. Ketika beberapa kali shalat di masjid pun, dia jadi senang menempel di kaki saya dan tidak ke sana ke mari seperti 2-3 bulan sebelumnya. Maka dari itu saya memberanikan diri pula untuk melepasnya saat shalat Ied.
Rakaat pertama pun berlangsung. Ken pun diam nampak memerhatikan situasi yang seketika berubah dan senyap. Sayangnya hanya sesaat. Dia mulai berjalan mendekati arah rak di pojok masjid yang berisi qur'an dan kitab-kitab tafsir. Ya, mulai dari sini saja saya langsung tidak bisa fokus selama shalat Ied. Ampuni hamba-Mu ini ya Allah. Satu qur'an berukuran sedang dia keluarkan dan diletakkan di atas sajadah. Jaraknya memang tidak jauh dari posisi kami berdiri untuk shalat Tapi tidak mungkin kan saya jongkok untuk memungut qur'an dan menaruhnya kembali di tempatnya semula. Saya pun tetap diam mengikuti shalat sambil harap-harap cemas. Berharap Ken tidak melanjutkan perbuatannya lagi. Tetapi harapan tinggal lah harapan. Ken pun mulai melayangkan tangannya ke arah rak untuk mengambil satu kitab lagi. Hastagah.

Beruntung saja, di dekat saya ada anak yang usianya mungkin sekitar 5-7 tahun datang menghampiri Ken dan memungut qur'an yang tergeletak di sajadah dan mengembalikannya lagi ke dalam rak. Begitu kitab yang kedua dijatuhkan Ken pun, anak tersebut membantu mengembalikannya lagi ke tempat semula. Dari sini Ken mulai menghentikan aksinya dan nampak mencari-cari apa lagi yang bisa dia lakukan.

Fiiiuuuuh, saya bisa bernapas lega sedikit. Imam telah selesai membaca surat pendek dan bergegas untuk rukuk. Perasaan was-was saya ternyata masih terus berlanjut. Pada saat sujud, terdengar bunyi "CTEK CTEK" dan seketika suara imam melalui speaker tidak terdengar lagi.

Benar saja. KEN MEMATIKAN SOUND SYSTEM DI DALAM MASJID. OMG. :(

Saklarnya memang dekat sekali dengan rak buku yang jadi mainannya. Saya pun semakin pasrah dan tidak tahu harus berbuat apa sambil berdiri mengikuti imam yang bangun dari sujudnya untuk masuk ke rakaat kedua. Mengetahui pengeras suara mati, para jamaah berinisiatif untuk mengencangkan takbir (saat lima kali takbir pada rakaat kedua) mengikuti imam supaya terdengar sampai shaf-shaf di belakang dan para jamaah perempuan di lantai atas dapat tetap mengikuti shalat Ied dengan baik. Imam pun saya perhatikan mengeraskan sekali suaranya saat membaca Al-fatihah agar seluruh jamaah di masjid dapat tetap mendengarkannya.

Saat surat pendek mulai dibacakan, tiba-tiba ada seseorang yang datang menghampiri saklar sistem pengeras suara dan menyalakannya kembali. Siapakah dia? Ternyata yang datang untuk menyalakan sound system adalah imam masjid ini sendiri! Maksudnya bukan imam yang sedang memimpin shalat Ied loh. Tetapi salah satu imam tetap di masjid ini yang biasa memimpin shalat fardhu berjamaah sehari-hari. Setelah menghidupkannya kembali, dia langsung bergegas kembali ke shafnya di depan dan melanjutkan shalatnya yang tertinggal. Karena merasa dihampiri orang asing, Ken langsung bergegas memeluk kaki saya dan menempel terus mulai dari rukuk, sujud, hingga salam. Dan shalat Ied perdana dengan Ken pun berakhir dengan sukses (?).

Saat khotbah, Ken tetap tenang dengan bermain di dekat saya. Rahasianya karena saya membawakan dua mobil hot wheels kesayangannya dan baru memberikannya setelah shalat berakhir. Keberhasilan ini pun ditunjang karena anak yang tadi membantu Ken untuk mengembalikan qur'an ke raknya datang kembali dan ikut bermain dengan Ken. Sebenarnya sih, anak tersebut meminjam kedua mobilnya Ken yang baru saya keluarkan tersebut dan memainkannya dengan heboh sehingga Ken terpana dibuatnya dan dapat duduk dengan manis.

Khotbah tidak berlangsung terlalu lama. Sebelum beranjak pulang ke rumah, kami menyempatkan diri untuk bersalam-salaman dengan beberapa jamaah masjid yang saya kenali dan teman-teman mahasiswa Indonesia yang juga sedang kuliah di Bristol. Suasananya tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Kami saling bersalaman dan berpelukan sambil mengucapkan "Eid Mubarok" dan "Taqaballahu minna wa minkum". Saya juga memutuskan untuk bersalaman dengan imam masjid yang tadi sempat menghentikan shalatnya untuk menyalakan kembali sound system.
"Where's the naughty boy who switched off the sound? I cut my prayer just for you."
Itulah kata-kata pertama yang terlontar dari mulutnya saat melihat saya dan Ken menghampirinya. Untungnya perkataan tersebut dikeluarkan sambil bercanda dan diiringi senyum yang hangat dan ramah dari mulutnya. Dia tahu bahwa Ken adalah pelaku aksi mematikan sound karena saat itu hanya Ken lah anak yang berdiri di dekat TKP. Untungnya lagi, dia sudah mengenali Ken karena saya beberapa kali memang mebawanya ke masjid untuk shalat. Setelah itu kami bersalaman dan berpelukan. Tidak ada petuah nasihat ataupun kata-kata marah yang keluar dari mulutnya untuk saya ataupun Ken. Padahal dia sampai menghentikan shalatnya dan harus menambah satu rakaat lagi ketika semua jamaah sudah selesai melaksanakan shalat. Aaaah, such a big heart! Saya tidak tahu bagaimana nasib saya dan Ken kalau ini kejadian di masjid-masjid di Jakarta pada umumnya.


Pose favorit saya kalau sudah mulai kelelahan menggendong Ken dengan satu tangan
Demikianlah pengalaman saya membawa Ken untuk melakukan shalat Ied pertama kali dalam hidupnya. Saya tidak boleh kapok. Namanya membawa anak ke masjid, pasti ada saja cerita lucunya. Soalnya kalau tidak membiasakannya sedari kecil, mau tunggu sampai kapan? Semoga saja anak-anak kita sudah menumbuhkan kecintaannya terhadap masjid sejak dini karena kita sering membiasakannya untuk datang ke masjid. Nah, bagaimana dengan pengalaman bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar